Tingkat Kepadatan Media Nutrient Agar Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus Aureus
Abstract
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak memiliki selubung inti). Tes biokimia dan pewarnaan gram, merupakan cara yang efektif untuk klasifikasi dalam menentukan beberapa kelompok organisme. Hasil pewarnaan mencerminkan perbedaan dasar dan kompleks pada sel bakteri (struktur dinding sel), sehingga dapat membagi bakteri menjadi 2 kelompok, yaitu bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif. Salah satu contoh bakteri Gram-positif adalah Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh konsentrasi media nutrient agar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Sampel yang digunakan adalah isolat murni Staphylococcus aureus. Uji yang dilakukan yaitu dengan uji statistik One Way Anova. Data yang dikumpulkan yaitu Jumlah koloni yang tumbuh pada media Nutrient agar dengan penambahan agar 2%, 2,5%, 3%, dan 3,5% setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 1 x 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan hasil analisis One Way Anova pada jumlah koloni bakteri pada media nutrient agar dengan konsentrasi agar 2,5% ,3%, dan 3,5% tidak memiliki perbedaan yang bermakna karena nilai probabilitasnya 0,237 > 0,05. Tidak ada pengaruh konsentrasi media nutrient agar terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Carter, G.R and Wise, D.J. (2004) Essentials of veterinary bacteriology and mycology, sixth Edition. Iowa State Press. Iowa, USA.
Carter, G.R. dan Wise, D.J., 2004.Essentials of Bacteryology and Mycology.6th. Ed, Iowa State Press.Pp 193 – 195
Entjang I. 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan Dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Jawetz, E, 2005, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 22, EGC, Jakarta
Jawetz, Melnick, J.L Adelberg. 2012. Mikrobiologi Kedokteran – Buku 1 Edisi 25. Salemba Medika. Jakarta
Juuti, K. 2004. Surface protein Pls of methicillin-resistant Staphylococcus aureus role in adhesion, invasion and pathogenesis, and evolutionary aspects.[Disertation].Helinski: Department of Biological and Environmental Sciences Faculty of Biosciences. p. 61-63
Lowy, F. 2003. Antimicrobial resistance: the example of Staphylococcus aureus. J Clinic Invest. 111(9): 1265-1273
Pelczar M.J. dan ChanE.C.S.2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta
Peclzar, Michael J., Jr. Dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Radji M. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi Dan Kedokteran. EGC. Jakarta
Safitri R., dan Novel S. S. 2010. Medium Analisis Mikroorganisme (Isolasi dan Kultur). Trans Info Media. Jakarta
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. AAK Yogyakarta Depkes RI. Yogyakarta
Tambayong J. 2000. Mikrobiologi Untuk Keperawatan. Widya Medika. Jakarta
Tim Mikrobiologi FK Unibraw. 2003. Bateriologi Medik. Bayumedia Publishing. Malang
Tim Pusat Laboratorium Kesehatan. 1999. Good Laboratory Practice. Pusat Laboratorium Kes Dep.Kes.RI. Jakarta
Safitiri, R., Sinta S. 2010.MediumAnalisisMikroorganisme (isolasidankultur). CV Trans Info Medika: Jakarta
Salmenlina, S. 2002. Molecular epidemiology of methicillin-resistant S. aureusin Finland.Disertation.The National Public Health Institute.Helsinki
Todar, K. 2005. Staphylococcus.: http://www.textbookofbacteriology net/staph.html. Diakses tanggal 6 November 2014
Waluyo, L. 2005. MikrobiologiUmum. Edisi ke-2.UniversitasMuhamadiyah Malang, Malang.
DOI: https://doi.org/10.32807/jambs.v4i2.88
Refbacks
- There are currently no refbacks.